Sektor Fintech Lending Harus Kawal Kualitas Kredit

Sektor Fintech Lending Harus Kawal Kualitas Kredit

Jakarta: Industri fintech lending di Indonesia tengah memasuki periode pengawasan yang lebih ketat, menyusul beberapa kasus gagal bayar yang mencuat ke publik, termasuk yang melibatkan Investree dan Akseleran. Perkembangan ini mengungkap kelemahan struktural dalam sektor tersebut dan menimbulkan kekhawatiran atas ketahanan jangka panjang dari model pembiayaan berbasis platform.
 

Pertumbuhan pesat platform peer-to-peer (P2P) lending dalam beberapa tahun terakhir didorong oleh inovasi digital, kemudahan akses, dan perluasan basis peminjam, khususnya dari segmen yang belum sepenuhnya terlayani oleh lembaga keuangan konvensional. Namun, laju ekspansi ini sering kali melampaui perkembangan kerangka manajemen risiko yang memadai.
 
“Berbeda dengan bank atau perusahaan multifinance, banyak platform fintech beroperasi dengan buffer modal yang minim dan standar penyaluran kredit yang lebih longgar. Penekanan pada kecepatan dan otomatisasi, meskipun menarik secara komersial, dalam beberapa kasus mengorbankan aspek pengawasan kualitas kredit, terutama dalam pembiayaan tanpa agunan atau kepada pelaku UMKM, “ hal ini disampaikan Gromy Purba, Senior Analis Kredit Rating Indonesia (KRI)  dikutip Minggu, 13 Juli 2025. 
 
Gromy Purba menambahkan karakteristik ini menjadikan sektor fintech rentan terhadap guncangan makroekonomi atau tekanan kualitas peminjam, terlebih jika pertumbuhan volume pinjaman tidak dibarengi dengan penilaian kredit, pemantauan, dan mekanisme penagihan yang memadai.

Kasus gagal bayar di Investree dan Akseleran mencerminkan adanya ketidakseimbangan antara ambisi pertumbuhan dan kemampuan pengendalian risiko operasional.  Dalam kedua kasus tersebut, tantangan mencakup kenaikan rasio kredit bermasalah (NPL), keterbatasan transparansi informasi peminjam, serta ketergantungan terhadap pendanaan institusional yang terkonsentrasi, yang semuanya berdampak pada tekanan likuiditas dan keterlambatan pembayaran kepada lender.
 
Dia juga memperhatikan keterlambatan pengakuan atas memburuknya portofolio, yang semakin menggerus kepercayaan investor. Hal ini menunjukkan keterbatasan sejumlah platform fintech dalam menangani stres portofolio, khususnya bila dibandingkan dengan lembaga keuangan mapan yang memiliki struktur permodalan lebih kuat dan dilindungi oleh kerangka regulasi yang lebih ketat.

TRENDING  Menjaga Momentum Inovasi Industri Fintech

Pergesaran perilaku pasar

Peristiwa ini diperkirakan akan mempercepat pergeseran perilaku pasar, dari pola “growth-at-all-costs” menuju strategi yang menekankan keberlanjutan dan tata kelola yang baik. Investor institusional dan penyedia dana diperkirakan akan semakin selektif, dengan preferensi terhadap platform yang memiliki Analisis risiko kredit dan sistem penagihan yang kuat, Praktik pelaporan yang transparan,Pengendalian internal yang solid, serta Rekam jejak pertumbuhan yang bertanggung jawab.
 
Di sisi lain, regulator juga mulai memperketat pengawasan, antara lain melalui peningkatan kewajiban pelaporan, pengujian ketahanan (stress test), dan penguatan perlindungan konsumen. Langkah ini penting untuk memastikan stabilitas jangka panjang dan memulihkan kepercayaan terhadap sektor fintech.
 
“Meskipun fintech tetap menjadi bagian penting dalam ekosistem keuangan Indonesia, peristiwa terkini menjadi pengingat bahwa pertumbuhan harus berjalan seiring dengan kontrol risiko yang memadai. Platform yang mampu menunjukkan keseimbangan tersebut lebih berpeluang untuk mempertahankan kepercayaan pasar dan dukungan investor secara berkelanjutan,” Gromy Purba.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Beritafintech.com

(SAW)

Check Also

Tugas Berat Bank BUMN di Awal Pemerintahan Prabowo Subianto

Saham Bank Milik Danantara Makin Tertekan Kebijakan Negara

Saham Bank Milik Danantara terus mengalami tekanan akibat kebijakan negara yang semakin ketat. Hal ini membuat investor dan pemegang saham semakin khawatir akan masa depan perusahaan. Meskipun manajemen Bank Danantara telah berupaya keras untuk menghadapi tantangan ini, namun tekanan terus dirasakan hingga saat ini. Para analis pasar pun mulai memberikan peringatan akan potensi penurunan lebih lanjut bagi saham Bank Danantara jika kondisi tidak segera membaik

%site% | NEWS