Kinerja Bank Milik Fintech Terus Membaik, Harga Saham Berpotensi Naik?

Kinerja Bank Milik Fintech Terus Membaik, Harga Saham Berpotensi Naik?

ILUSTRASI. Bank-bank yang sahamnya dimiliki oleh fintech terus menunjukkan perbaikan kinerja. (KONTAN/Baihaki)

Beritafintech.com – JAKARTA. Bank-bank yang sahamnya dimiliki oleh perusahaan financial technology (Fintech) terus menunjukkan perbaikan kinerja. Hal ini terlihat dari pertumbuhan laba bersih dan perbaikan kualitas kredit.

Meski begitu, para analis saham menilai kinerja saham-saham bank milik fintech masih lesu dan cenderung downtrend.

PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) misalnya, bank yang dikendalikan oleh PT Akulaku Silvrr Indonesia (Akulaku) ini secara kinerja keuangan telah berhasil membukukan laba Rp 14,23 miliar pada Kuartal I-2024, dari sebelumnya masih rugi Rp 68,40 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Meskipun jika dilihat dari rasio kualitas kredit (NPL), BBYB masih mengalami pemburukan dari 3,53% menjadi 3,94% per Maret 2024. 
Direktur Bisnis BNC Aditya Windarwo mengatakan pihaknya akan terus berupaya menekan rasio NPL maksimum di angka 3,5% tahun ini, serta mengurangi porsi kredit melalui mitra fintech.

Baca Juga: Kinerja Naik, Saham Bank Fintech Merosot

“BNC terus lakukan perbaikan kualitas kredit dengan lebih berhati-hati dalam penyalurannya, dan terus melakukan monitor,” kata dia.

Di sisi lain meski kinerja keuangan bank ini mulai membaik, namun tidak dengan kinerja sahamnya. Secara year to date (YTD) BBYB terus menunjukkan penurunan harga saham cukup dalam, yakni terkoreksi hingga 49,54%. Sementara dalam sepekan ini kinerja saham BBYB mengalami koreksi 7,56% menjadi Rp 220 pada penutupan perdagangan Rabu (19/6).

Senada, kinerja saham PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA) yang dimiliki PT Takjub Finansial Teknologi (Ajaib) ini juga terus mengalami downtrend. Padahal kinerja laba bank ini tumbuh signifikan 264% yoy menjadi Rp 29,16 miliar pada Kuartal I-2024.

TRENDING  Daftar 98 Pinjol Resmi yang Berizin OJK Bulan September 2024

Bank ini juga mencatatkan perbaikan NPL gross dari 4,82% menjadi 3,88% per Maret 2024.

Direktur Pengembangan Bisnis dan Keuangan Bank Bumi Arta Efwin Suryahusada mengatakan, perbaikan NPL tersebut sejalan dengan selesainya kredit restrukturisasi Covid-19.

“Kami bisa melewatinya dengan baik, dan kami melakukan pendekatan personal mencari solusi bersama bagaimana debitur bisa menyelesaikan kewajibannya kepada bank,” kata dia kepada Kontan.

Sementara itu jika dilihat dari kinerja sahamnya, BNBA secara YtD telah mengalami koreksi 19,46%,  dari sebelumnya di kisaran Rp 760 pada awal tahun 2024. Sementara dalam sepekan harga saham terkoreksi 0,83% menjadi Rp 600 per saham pada penutupan perdagangan Rabu (19/6).

Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto menilai, dengan tren perkembangan teknologi di industri keuangan, kehadiran perbankan dan fintech memiliki prospek yang cukup cerah jika dilihat dalam jangka Panjang.

“Masih ada potensi pasar yang cukup luas di masa mendatang, namun belum bisa berharap banyak dalam jangka pendek,” ungkap dia.

Baca Juga: Tertekan Suku Bunga Tinggi, Bank Bermodal Mini Ubah Rencana dan Strategi Bisnis

Lebih lanjut Pandhu menilai, saat ini rata-rata bank fintech berada pada valuasi yang relative tinggi dibandingkan dengan bank konvensional. Begitu juga secara sumber daya dan tingkat efisiensinya yang memiliki gap cukup jauh sehingga masih akan sulit bersaing.

Senada, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus juga menilai saham-saham bank milik fintech ini belum terlalu menarik saat ini. Namun dia menyebut masih ada potensi kenaikan saham bank-bank tersebut meskipun masih akan bergerak secara terbatas.

TRENDING  Ini Respons AFPI Soal Penggunaan Asuransi ASO di Industri Fintech Lending

“Sejauh ini kalau untuk rekomendasi kami belum bisa memberikannya. Namun untuk menjadi perhatian, kami cenderung masih menyukai ARTO karena ekosistem dan kolaborasi yang dibangun memberikan multiplier efect ,” ungkap Nico.

Adapun jika melihat kinerja saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang dimiliki oleh PT Dompet Karya Anak Bangsa yang berada di belakang Gopay, dalam sepekan mengalami koreksi 11,21% menjadi Rp 1.900 per saham pada penutupan perdagangan Rabu (19/6). 

Sementara secara YtD saham ARTO masih mengalami downtrend dengan koreksi 34,48% dari Harga sebelumnya di kisaran Rp3500 pada Januari 2024.

Secara kinerja, Bank Jago mencatatkan pertumbuhan laba 24% yoy menjadi 21,71 miliar pada Kuartal I-2024, dengan rasio NPL rendah di level 0,6% atau di bawah rata-rata industri perbankan sebesar 2,3%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Kinerja bank milik fintech terus meningkat seiring dengan perkembangan teknologi keuangan di Indonesia. Hal ini turut berkontribusi pada potensi peningkatan harga saham bank-bank tersebut.‌ Fintech‍ telah memberikan berbagai layanan⁤ keuangan yang inovatif ​dan efisien kepada masyarakat, sehingga‍ menarik minat investor untuk berinvestasi dalam ‍saham-saham bank milik fintech. Dengan kinerja yang terus membaik, diprediksi harga ⁣saham bank-bank ini berpotensi⁣ untuk​ naik‍ di masa mendatang. Ini mencerminkan perkembangan positif dalam sektor teknologi keuangan di ​Indonesia yang semakin ‌berkembang dan menciptakan peluang investasi ⁢yang menarik.

Check Also

Adopsi Teknologi Jadi Alasan Sejumlah Bank Tutup Layanan Bank Draft

Adopsi Teknologi Jadi Alasan Sejumlah Bank Tutup Layanan Bank Draft

Adopsi teknologi menjadi alasan utama sejumlah bank untuk menutup layanan bank draft. Bank-bank tersebut mengklaim bahwa dengan adanya teknologi digital, proses transfer dan pembayaran menjadi lebih efisien dan cepat. Hal ini juga diikuti dengan meningkatnya keamanan transaksi online yang membuat pengguna lebih percaya untuk menggunakan layanan digital daripada metode konvensional seperti bank draft. Meskipun demikian, beberapa pihak masih merasa keberatan dengan penutupan layanan bank draft ini karena mereka masih membutuhkan metode tersebut dalam melakukan transaksi tertentu

%site% | NEWS