ILUSTRASI. Buruh mengendarai sepeda keluar dari pabrik PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) di Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis (24/10/2024). ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/tom.
Beritafintech.com – JAKARTA. Keputusan pailit oleh Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang kepada PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) memberikan efek domino yang cukup besar. Salah satunya dampak terhadap perbankan yang memang menjadi salah satu kreditur terbesar untuk emiten berkode saham SRIL ini.
Jika mengacu pada laporan keuangan Sritex per 30 Juni 2024, total utang bank baik itu untuk jangka panjang maupun pendek berjumlah US$ 828,09 juta atau berkontribusi sekitar 51,8% dari total liabilitas yang dimiliki. Di mana, total liabilitas Sritex senilai US$ 1,59 miliar.
Adapun, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menjadi kreditur terbesar dari perusahaan yang bergerak di bidang tekstil ini. Sritex memiliki utang di BCA baik itu jangka pendek dan jangka panjang.
Secara rinci, utang di BCA yang bersifat jangka pendek senilai US$ 11.37 juta dan yang bersifat jangka panjang senilai US$ 71,31 juta. Berarti totalnya utang Sritex di bank swasta terbesar di tanah air ini mencapai US$ 82,68 juta.
Baca Juga: Dinyatakan Pailit, Pemerintah Berniat Menyelamatkan Sritex
Namun, utang tersebut sudah sedikit menurun jika dibandingkan dengan posisi akhi tahun 2023. Sebab, pada periode tersebut, utang Sritex di BCA masih senilai US$ 83,53 juta.
Selanjutnya, utang-utang Sritex di bank banyak berasal dari bank-bank milik asing. Sebut saja, State Bank of India, Singapore Branch, Bank QNB Indonesia, hingga Citibank N.A., Indonesia dengan rata-rata nilai lebih dari US$ 35 juta.
Selain itu, bank-bank daerah pun tercatat juga menjadi kreditur dari perusahaan yang sudah berdiri sejak 1966 ini. Misalnya, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah, dan PT Bank DKI yang turut menyalurkan utang untuk Sritex.
Baca Juga: Dinyatakan Pailit, Kemnaker Minta Sritex Tak Buru-buru Lakukan PHK
Secara rinci, berikut daftar utang bank Sritex per Juni 2024:
- PT Bank Central Asia Tbk – US$ 82,678,431
- State Bank of India, Singapore Branch – US$ 43,887,212
- PT Bank QNB Indonesia Tbk – US$ 36,939,772
- Citibank N.A., Indonesia – US$ 35,826,893
- PT Bank Mizuho Indonesia – US$ 33,709,712
- PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk – US$ 33,270,249
- PT Bank Muamalat Indonesia – US$ 25,450,705
- PT Bank CIMB Niaga Tbk – US$ 25,339,237
- PT Bank Maybank Indonesia Tbk – US$ 25,164,698
- PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah – US$ 24,202,906
- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk – US$ 23,807,159
- Bank of China (Hong Kong) Limited – US$ 21,775,733
- PT Bank KEB Hana Indonesia – US$ 21,531,883
- Taipei Fubon Commercial Bank Co., Ltd. – US$ 20,000,000
- Woori Bank Singapore Branch – US$ 19,870,626
- Standard Chartered Bank – US$ 19,570,364
- PT Bank DBS Indonesia – US$ 18,238,794
- PT Bank Permata Tbk – US$ 16,707,929
- PT Bank China Construction Indonesia Tbk – US$ 14,912,809
- PT Bank DKI – US$ 9,130,513
- Bank Emirates NBD – US$ 9,014,852
- ICICI Bank Ltd., Singapore Branch – US$ 6,969,549
- PT Bank CTBC Indonesia – US$ 6,950,110
- Deutsche Bank AG – US$ 6,821,059
- PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk – US$ 4,970,936
- PT Bank Danamon Indonesia Tbk – US$ 4,519,559
- PT Bank SBI Indonesia – US$ 4,380,982
- MUFG Bank, Ltd. – US$ 23,777,834
Selanjutnya: Harga Pangan Terkini Nasional, 27 Oktober 2024: Sebagaian Besar Harga Pangan Turun
Menarik Dibaca: Ini Tren Ruang Tamu yang Mungkin Disesali, Ada 7 lo!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sritex, perusahaan tekstil terkemuka di Indonesia, diketahui memiliki utang di 28 bank yang berbeda. Bank Central Asia (BCA) adalah bank yang memiliki jumlah utang terbanyak dari Sritex. Utang-utang ini diduga berasal dari berbagai fasilitas kredit yang diperoleh oleh perusahaan untuk mendukung operasionalnya. Meskipun jumlah utang yang dimiliki Sritex cukup besar, perusahaan ini telah memastikan bahwa pembayaran utang dilakukan tepat waktu sesuai dengan kesepakatan. Dengan kondisi seperti ini, Sritex diharapkan mampu terus berkembang dan memperkuat posisinya di pasar tekstil global.