Bank Dituntut untuk Menghadirkan Layanan Digital seperti Fintech

Bank Dituntut untuk Menghadirkan Layanan Digital seperti Fintech

Jakarta: Berkembangnya industri financial technology (fintech) mendorong sektor perbankan juga mulai melakukan inovasi dan transformasi ke sektor digital. Apalagi akibat pandemi covid-19 ini aktivitas transaksi keuangan lebih banyak menggunakan jalur digital daripada konvensional.
 
“Digitalisasi adalah keniscayaan, jadi kebutuhan bagi industri padat modal seperti halnya perbankan,” kata Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah kepada wartawan, Jumat, 4 Desember 2020.
 
Ia menjelaskan kehadiran fintech yang memiliki banyak fleksibilitas telah menjadi tantangan bagi perbankan dalam menjaga pangsa pasar. Sebagai contoh segmen UMKM yang lebih banyak menjadi target pasar industri fintech melalui layanan peer to peer (P2P) lending.
“Perbankan saat ini harus bersaing dengan fintech P2P lending. Karena itu bank harus lebih mengambil inisiatif untuk mengoptimalkan produk dan layanan digital agar mampu bersaing,” ungkap dia.
 
Piter menilai arah pengembangan bank digital sudah sejalan dengan upaya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mendorong bank kecil dan menengah melakukan merger dan akuisisi guna memperkuat struktur modal. Sebab investasi di bidang digital ini membutuhkan biaya dan modal yang tinggi.
 
“OJK ingin dengan modal bank yang kuat maka bank-bank kecil-menengah bisa masuk ke era digital dan mampu beradaptasi sesuai dengan kebutuhan masa kini. Saat ini bank-bank masih fokus ke digitalisasi transaksi, belum masuk ke produk dan layanan digital yang lebih menantang,” jelasnya.
 
Menurut Piter konsep bank digital (Neo Bank) merupakan sebuah wajah baru perbankan di era digital yang memungkinkan menjalankan layanan dan produk seperti  fintech. Dengan mengadopsi strategi menjadi bank digital justru perbankan konvensional akan lebih mudah menjalankan layanan seperti yang sudah dijalankan oleh fintech.
 
“Dengan digitalisasi, bank akan lebih efisien karena tak perlu banyak kantor cabang dan pengeluaran biaya operasional. Semuanya bisa dilayani melalui fasilitas digital,” ujar dia.
 
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin menambahkan digitalisasi akan membantu pengembangan Bank Buku III dan Buku IV untuk berkompetisi mengoptimalkan perubahan gaya hidup dan tuntutan dari para konsumen.
 
“Bagi bank kecil-menengah menjadi bank digital adalah strategi yang tepat untuk masuk ke pasar yang menginginkan produk dan layanan yang lebih cepat dan simpel. Melalui digitalisasi inilah bank-bank itu akan bisa survive,” kata dia.
 
Menurut Amin, sudah ada beberapa bank yang membuat platform sebagai bank digital. Salah satu contohnya adalah aliansi kerja sama antara perbankan konvensional dengan fintech. Cara ini cukup efisien untuk menjangkau pasar yang lebih luas dengan biaya efisien.
 
Contohnya, BCA yang telah mengakuisisi Bank Royal dan mengubahnya menjadi Bank Digital BCA, BTPN dengan produknya Jenius, serta Bank Artos yang dari awal dibentuk sebagai digital-first bank. Tak hanya itu, bank asing juga telah menerapkan strategi digital bank, seperti Bank DBS dengan layanan Digibank dan UOB dengan produk TMRW.
 
“Dengan digitalisasi berarti ada pengalaman baru bagi nasabah. Tapi yang lebih penting, bank digital mampu menjangkau konsumen di wilayah yang sulit untuk dapat bertransaksi di bank dengan cepat dan taat proses,” pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Beritafintech.com

TRENDING  BNI Permudah Kebutuhan Finansial Diaspora Indonesia di 5 Kota Pusat Keuangan Dunia

(AHL)

Check Also

Fintech Tunjuk Ronald Waas Sebagai Dewan Komisaris

Fintech Tunjuk Ronald Waas Sebagai Dewan Komisaris

Fintech Tunjuk Ronald Waas Sebagai Dewan Komisaris Fintech, perusahaan teknologi keuangan terkemuka di Indonesia, baru-baru ini mengumumkan penunjukan Ronald Waas sebagai anggota Dewan Komisaris mereka. Keputusan ini disambut dengan antusias oleh para pelaku industri finansial di Tanah Air. Ronald Waas, yang memiliki pengalaman luas dalam bidang keuangan dan investasi, diharapkan dapat membawa inovasi dan strategi baru bagi Fintech. Dengan latar belakangnya yang kuat dalam manajemen risiko dan pengembangan produk keuangan, Ronald diyakini mampu membantu Fintech mencapai tujuan mereka untuk menjadi pemimpin pasar dalam layanan keuangan digital. Para pemegang saham dan karyawan Fintech pun optimis dengan kedatangan Ronald sebagai bagian dari tim manajemen perusahaan. Mereka percaya bahwa dengan kepemimpinan yang visioner dan komitmen yang kuat, Fintech akan semakin berkembang pesat dan memberikan nilai tambah bagi seluruh stakeholders-nya. Dengan penunjukan Ronald Waas sebagai Dewan Komisaris, Fintech siap melangkah lebih jauh menuju kesuksesan di dunia fintek Indonesia. Semua mata tertuju pada langkah-langkah strategis yang akan diambil oleh Ronald untuk memperkuat posisi perusahaan dalam persaingan industri finansial yang semakin ketat

%site% | NEWS