Rencana OJK Batasi Lender Individu Non Profesional di Fintech Tuai Pro dan Kontra

Pengamat Nilai Fintech Lending Berkontribusi terhadap Perekonomian Indonesia

ILUSTRASI. OJK mencatat outstanding pembiayaan fintech P2P lending masih tumbuh signifikan sebesar 25,06% YoY mencapai Rp 83,52 triliun per Juni 2025

Beritafintech.com – JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat outstanding pembiayaan fintech peer to peer (P2P) lending masih tumbuh signifikan sebesar 25,06% secara Year on Year (YoY), dengan nilai mencapai Rp 83,52 triliun per Juni 2025.

Pengamat sekaligus Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menilai penyaluran pembiayaan fintech lending yang masih terbilang tinggi itu sebenarnya berkontribusi juga dalam mendorong perekonomian Indonesia. Namun, dia bilang perlu kajian yang lebih lanjut mengenai signifikan atau tidak kontribusinya terhadap perekonomian.

“Pasti mendorong perekonomian karena ada fungsi ke sektor produktif dan konsumsi rumah tangga. Namun, apa signifikan? Tentu harus ada kajian mendalam terkait hal tersebut,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (17/8/2025).

Baca Juga: Sudah Ada Aturan Modal Minimal, Kapan Moratorium Izin Fintech Lending Dibuka?

Menurut Nailul, diperlukan arah yang jelas dari regulator agar bisa memaksimalkan peran fintech lending terhadap perekonomian Indonesia ke depannya. Salah satunya terkait dengan regulasi yang memberikan stabilitas untuk ekosistem fintech lending. 

Dari sisi lender, dia berpendapat perlu diberikan perlindungan terhadap aset atau uang yang diinvestasikan mereka melalui fintech lending. Selain itu, perlu juga mengedepankan prinsip pembiayaan yang berkualitas dari sisi fintech lending. 

TRENDING  BPI Danantara Terbentuk, Bank Mandiri Siap Dukung Pendanaan hingga Solusi Finansial

Dari sisi borrower, Nailul bilang perlu adanya perlindungan mengenai sisi operasional peminjaman yang berprinsip transparan. Dalam hal itu, bunga dan biaya harus transparan dan penagihan yang manusiawi. 

“Dari sisi industri, perlu diberikan juga kepastian regulasi dan transparansi untuk membentuk platform yang lebih berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat,” tuturnya.

Baca Juga: Sudah Ada Ketentuan Modal, Pengamat: Moratorium Fintech Lending Harusnya Bisa Dibuka

Mengenai prospek ke depannya, Nailul cukup yakin fintech lending masih akan diminati, melihat permintaan masyarakat yang terus tumbuh positif. 

“Masih ada credit gap di Indonesia yang cukup besar. Kebutuhan pembiayaan masih akan ada, terutama mereka yang mencari pembiayaan alternatif,” kata Nailul. 

Selanjutnya: Kurs Rupiah Melemah ke Atas Rp 16.200 Per Dolar AS Hari Ini (19/8)

Menarik Dibaca: Promo Daikin AC Nusantara Prestige, Cashback Hingga Rp 2,5 Juta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Check Also

Pesan OJK, Pertimbangkan Hal Ini Sebelum Meminjam di Fintech Lending

Penyaluran Pinjaman Fintech Lending Syariah Hanya Rp 780 Miliar per Agustus 2025

Menurut data terbaru, penyaluran pinjaman fintech lending syariah hanya mencapai Rp 780 miliar per Agustus 2025. Meskipun angka ini tergolong rendah dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya, namun tingkat keterlibatan masyarakat dalam produk keuangan syariah terus meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa minat dan kepercayaan masyarakat terhadap layanan keuangan berbasis syariah semakin berkembang di Indonesia. Diharapkan dengan adanya peningkatan kesadaran akan pentingnya menggunakan produk keuangan syariah, penyaluran pinjaman fintech lending syariah dapat terus meningkat dan memberikan manfaat yang lebih luas bagi seluruh lapisan masyarakat

%site% | NEWS