ILUSTRASI. Mayoritas kinerja perbankan yang dimiliki konglomerat mengalami penurunan hingga akhir Kuartal III-2024.KONTAN/Carolus Agus Waluyo/10/03/2023.
Beritafintech.com – JAKARTA. Mayoritas kinerja perbankan yang dimiliki konglomerat mengalami penurunan hingga akhir Kuartal III-2024.
Dari tujuh bank yang dimiliki para konglomerat Indonesia, hanya dua bank yang mencatatkan pertumbuhan laba bersih, yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) milik Hartono, dan PT Bank Jago Tbk (ARTO) miliki Jerry Ng, yang masing-masing tumbuh secara tahunan (year on year/yoy) sebesar 12% yoy dan 71% yoy dengan masing-masing laba mencapai Rp 41,1 triliun dan Rp 86 miliar pada akhir Kuartal III-2024.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiatmadja menyatakan, peningkatan kinerja laba tersebut sejalan dengan pertumbuhan total kredit sebesar 14,5% yoy menjadi Rp877 triliun per September 2024.
Baca Juga: Bank Ina dan Sequis Aset Manajemen Kerja Sama Pemasaran Produk Reksadana
“Peningkatan kredit hingga September 2024 merefleksikan komitmen BCA dalam mendukung pertumbuhan perekonomian nasional. Kami juga melihat permintaan kredit konsumer yang baik,” ungkap Jahja belum lama ini.
Pertumbuhan kredit ini turut berdampak pada pertumbuhan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) sebesar 9,50% yoy menjadi Rp 61,1 triliun. Pendapatan non bunga ban juga naik 13,50% yoy menjadi Rp 19 triliun. Di sisi lain beban provisi naik 36,4% yoy menjadi Rp 1,83 triliun.
Adapun kinerja laba Bank Jago milik Jerry Ng disokong oleh NII sebesar Rp 1,07 triliun, meski turun 10,92% yoy pada kuartal III-2024. Namun pendapatan non bunga naik 55,62% yoy menjadi Rp 135,59 miliar. Di sisi lain beban provisi membengkak 69,3% yoy menjadi Rp5,48 miliar.
Adapun bank milik konglomerat yang mengalami penurunan laba di antaranya PT Bank Mega Tbk (MEGA) dan PT Bank Allo Indonesa Tbk (BBHI) milik Chairul Tanjung masing-masing turun 28,52% yoy dan 10,69% yoy menjadi Rp 1,99 triliun dan Rp 302,59 miliar.
Baca Juga: Saham Perbankan Big Caps Tertekan Kemenangan Trump, Cek Rekomendasi Analis
Direktur Utama Allo Bank Indra Utoyo menyatakan, penurunan kinerja laba disebabkan oleh adanya kenaikan biaya operasional 39,5% yoy menjadi Rp 523,9 miliar per September 2024, dari tahun lalu Rp 375,5 miliar.
Meski begitu Indra optimistis bisnis Allo Bank ke depannya tetap kuat hingga akhir tahun 2024. Terlihat dari pendapatan bunga bersih yang naik 8,2% yoy menjadi Rp 818,7 miliar pada sembilan bulan pertama 2024.
“Sebagai Bank umum berbasis digital, Allo Bank banyak melakukan pengembangan Teknologi Informasi untuk mendukung strategi pengembangan produk, layanan dan customer engagement/experience (Good Costs),” ungkap Indra kepada Kontan, Kamis (7/11).
Indra menyebut pihaknya juga terus mengoptimalkan program marketing dan promosi untuk akuisisi dan engagement baik nasabah baru maupun nasabah existing untuk meningkatkan top of mind Bank di mata nasabah.
“Ke depan, kami akan berusaha meningkatkan cost discipline dalam semua aspek operasional kami untuk mendorong profitabilitas Bank,” ungkap Indra.
Selain Allo Bank, penurunan kinerja laba juga dialami PT Bank Panin Tbk (PNBN) milik Mu’min Ali Gunawan, yang turun 9,42% yoy menjadi Rp 2,18 triliun pada akhir Kuartal III-2024. Penyebabnya adalah penurunan pendapatan bunga bersih sebesar 5,38% yoy menjadi Rp 6,68 triliun, yang disebabkan oleh membengkaknya beban bunga sebesar 20,6% yoy menjadi Rp 4,72 triliun.
Baca Juga: Aturan Hapus Tagih Utang UMKM Dapat Dorong Peningkatan Penyaluran KUR
Pendapatan non bunga juga turun 18% yoy menjadi Rp 1,69 triliun per September 2024. Di sisi lain provisi beban membengkak 40,7% yoy menjadi Rp 902,99 miliar.
Di sisi lain kredit masih tumbuh 6,26% yoy menjadi Rp 149 triliun per September 2024.
PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) milik Salim Group juga mencatatkan penurunan kinerja laba sebesar 35,24% yoy menjadi Rp 110 juta hingga akhir September 2024.
Pendapatan bunga bersih tercatat menurun 0,41% yoy menjadi Rp 564,96 miliar. Pendapatan non bunga naik 1% yoy menjadi Rp 47,52 miliar. Sementara kredit tercatat tumbuh 7,63% yoy menjadi Rp 13,24 triliun.
Terakhir ada PT Bank Mayapada Tbk milik Dato Sri Tahir, yang mencatat kinerja laba turun 24,85% yoy menjadi Rp 49,62 miliar sampai akhir Kuartal III-2024. Meski begitu pendapatan bunga bersih masih tumbuh 30,6% yoy menjadi Rp 1,8 triliun.
Maklum kredit bank masih tumbuh 5% yoy menjadi Rp 106,37 triliun. Di sisi lain, ketentuan beban membengkak menjadi Rp 76,62 miliar per September 2024.
Selanjutnya: Jalin Kerjasama, Aneka Tambang (ANTM) Serap 30 Ton Emas dari Smelter Freeport
Menarik Dibaca: Hujan Turun Merata, Ini Ramalan Cuaca Besok (8/11) di Banten
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Kinerja bank-bank yang dimiliki oleh konglomerat mengalami penurunan pada kuartal III-2024. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti melemahnya ekonomi global dan naiknya suku bunga. Penurunan tersebut terjadi meskipun pemerintah telah memberikan stimulus untuk mendukung sektor keuangan. Bank-bank milik konglomerat harus segera melakukan langkah-langkah strategis untuk memperbaiki kinerja mereka di masa mendatang. Para analis ekonomi menyarankan agar bank-bank tersebut melakukan diversifikasi portofolio dan mengoptimalkan teknologi guna meningkatkan daya saing. Selain itu, peran manajemen yang kuat dan kebijakan yang bijaksana juga dianggap penting dalam mendukung pemulihan kinerja bank-bank tersebut.