CEO Pinnacle Investment Tanggapi Manajer Investasi Asing yang Keluar Pasar Indonesia

CEO Pinnacle Investment Tanggapi Manajer Investasi Asing yang Keluar Pasar Indonesia

ILUSTRASI. Direktur Utama PT Pinnacle Persada Investama Guntur Surya Putra. KONTAN/Muradi/2019/03/26

Beritafintech.com – JAKARTA. CEO PT Pinnacle Persada Investama (Pinnacle Investment) Guntur Putra memberikan pandangannya mengenai tren keluarnya beberapa perusahaan manajer investasi (MI) asing dari pasar Indonesia.

Ia menyatakan bahwa jumlah MI asing yang keluar masih relatif sedikit dan menekankan bahwa ada juga perusahaan MI asing yang berencana masuk, seperti kolaborasi Amundi dengan BRI, Grow (Fullerton x Stockbit), serta beberapa manajer investasi asal Korea.

Baca Juga: BNI Sekuritas: Pasar Obligasi Indonesia Tetap Jadi Destinasi Favorit Investasi Asing

Menurut Guntur, meskipun ada beberapa MI asing yang memilih keluar, keputusan tersebut biasanya terkait dengan perubahan strategi global, seperti yang dilakukan oleh Standard Life Aberdeen pada 2021.

“Masing-masing entitas memiliki pertimbangan tersendiri untuk masuk atau keluar dari pasar di suatu negara atau wilayah,” jelasnya pada Selasa (22/10).

Guntur juga menyoroti bahwa industri manajer investasi di Indonesia masih memiliki potensi besar untuk berkembang, meskipun terdapat hambatan seperti regulasi yang kadang menghambat inovasi produk.

Namun, ia juga mengakui bahwa regulasi tersebut dibuat untuk melindungi investor.

Baca Juga: Industri Manajer Investasi Dinilai Masih Menarik untuk Lakukan Akuisisi

Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya kolaborasi antara regulator dan pelaku pasar dalam merumuskan regulasi yang dapat mendorong inovasi produk yang aman dan transparan.

TRENDING  Minta batas pinjaman dinaikkan, fintech P2P lending bergegas perkuat mitigasi risiko

Mengenai tantangan yang dihadapi industri MI, Guntur mencatat beberapa faktor, seperti persaingan yang meningkat dan rendahnya kesadaran investasi di masyarakat.

Namun, ia optimistis terhadap prospek ke depan, asalkan industri mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan kebutuhan pasar dan investor.

“Penting untuk terus menghadirkan inovasi produk dan pendekatan yang lebih fleksibel terhadap regulasi,” tambahnya.

Baca Juga: Kabar Perusahaan akan Dijual, Ini Kata Schroder Investment Management Indonesia

Terkait performa Pinnacle Investment, Guntur menjelaskan bahwa dana kelolaan perusahaan masih menunjukkan tren yang stabil, meski ada tantangan di pasar.

“Secara year to date, asset under management (AUM) kami masih tumbuh positif, baik untuk produk reksadana konvensional maupun Kontrak Pengelolaan Dana (KPD),” ungkapnya, menandakan prospek positif di tengah dinamika industri.

Selanjutnya: Ini Daftar Lengkap Mitra Kerja 13 Komisi DPR RI

Menarik Dibaca: 7 Tanda Tubuh Overhidrasi Akibat Terlalu Banyak Minum Air Putih, Jangan Disepelekan!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

CEO Pinnacle Investment memberikan tanggapan terhadap keluarnya beberapa manajer investasi asing dari pasar Indonesia. Mereka menyatakan bahwa hal tersebut merupakan suatu kesempatan bagi para pemain lokal untuk berkembang dan mengambil alih posisi tersebut. CEO Pinnacle Investment juga menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemain lokal dan asing dalam mengembangkan pasar investasi di Indonesia. Mereka percaya bahwa dengan adanya kerja sama yang baik, pasar investasi di Indonesia dapat terus berkembang dan memberikan manfaat bagi semua pihak.

Check Also

Saham BSI Turun 4,01% Saat Resmi Jadi Bank Emas Syariah Pertama di Indonesia

Saham BSI Turun 4,01% Saat Resmi Jadi Bank Emas Syariah Pertama di Indonesia

Saham BSI turun 4,01% setelah resmi menjadi bank emas syariah pertama di Indonesia. Meskipun demikian, langkah ini tetap menjadi sorotan utama bagi para investor dan pelaku pasar. Bank Syariah Indonesia (BSI) berhasil mencatat sejarah baru dengan menjadi bank pertama yang menyediakan layanan emas syariah di Tanah Air. Hal ini menunjukkan komitmen BSI dalam mengembangkan produk-produk syariah yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Meski terjadi penurunan harga saham, namun kehadiran Bank Emas Syariah pertama di Indonesia ini diyakini akan memberikan dampak positif dalam perkembangan industri keuangan syariah di Tanah Air

%site% | NEWS