Pinnacle Investment: Bisnis Kontrak Pengelolaan Dana Positif Hingga Akhir 2024

Pinnacle Investment: Bisnis Kontrak Pengelolaan Dana Positif Hingga Akhir 2024

ILUSTRASI. Bisnis Kontrak Pengelolaan Dana (KPD) di sejumlah Manajer Investasi (MI) masih cukup menjanjikan.

Beritafintech.com – JAKARTA. Bisnis Kontrak Pengelolaan Dana (KPD) di sejumlah Manajer Investasi (MI) masih cukup menjanjikan. Salah satunya di PT Pinnacle Persada Investama alias Pinnacle Investment. Kinerja KPD Pinnacle menunjukkan perkembangan yang positif.

CEO Pinnacle Investment Guntur Putra menilai bahwa peningkatan bisnis KPD didorong oleh semakin tingginya permintaan untuk solusi investasi yang terkurasi (curated) atau customed hingga sesuai dengan kebutuhan (tailor made) dan terkelola secara profesional. 

Guntur mengatakan, faktor pendorong utama dari bisnis KPD di antaranya yakni, meningkatnya kesadaran investor high net worth individuals (HNW) terhadap pentingnya investasi portofolio yang fleksibel, akses terhadap strategi investasi yang lebih sophisticated, diversifikasi portofolio, kebutuhan, pengelolaan dana yang lebih curated dan tailor-made sesuai dengan kebutuhan investasi. 

“Serta adanya ketidakpastian pasar yang mendorong investor untuk mencari mitra yang dapat memberikan pengelolaan risiko lebih baik,” kata Guntur kepada Beritafintech.com, Kamis (21/11). 

Baca Juga: Prospek Bisnis Kontrak Pengelolaan Dana di Sejumlah Manajer Investasi Masih Positif

Selain itu, Guntur bilang, pertumbuhan ekonomi yang stabil dan adanya kebijakan pemerintah yang mendukung pasar modal turut memperkuat daya tarik produk KPD.

Kendati begitu, Guntur menerangkan bahwa  Pinnacle Investment baru mulai melakukan KPD di akhir tahun 2023. Akan tetapi, mayoritas KPD di Pinnacle Investment yakni, pengelolaan untuk produk Global atau offshore dengan mandat KPD dari sisi tingkat kenaikan sejak awal tahun lebih hampir 100%, jika dibandingkan dengan tahun lalu

TRENDING  Bunga Disunat, Bisnis Fintech Berpeluang Melesat, Tapi Pinjol Ilegal Harus Dibabat

“KPD yang kami kelola seluruhnya merupakan KPD Offshore/Global berbasis dolar AS dan eksposurnya terhadap global market, kinerja dari KPD yang kami kelola di atas 20% dalam dolar AS, rata-rata untuk klien-klien dan investor kami,” ungkapnya. 

Baca Juga: CEO Pinnacle Investment Tanggapi Manajer Investasi Asing yang Keluar Pasar Indonesia

Guntur menilai prospek bisnis KPD masih sangat cukup baik sekali. Permintaan KPD offshore sangat meningkat di tahun 2024. Hal ini didorong oleh banyaknya investor yang menyadari bahwa mereka membutuhkan diversifikasi untuk instrumen investasi di luar dari pasar modal Indonesia secara keseluruhan 10-15 tahun terakhir. 

Meski begitu, dia mengatakan bahwa bisnis KPD juga terdapat tantangan tersendiri. Salah satu tangangan adalah minimum size per KPD cukup besar di angka Rp 5 miliar. Sehingga mayoritas klien KPD adalah nasabah high net worth/ultra high net worth yang terakreditasi (accredited investor) yang cenderung memang memiliki kemampuan dan pengalaman berinvestasi. 

“Dari sisi Pinnacle, tentunya kami akan tetap fokus terhadap pengelolaan strategi investasi yang terukur dengan manajemen risiko yang terintegrasi, khususnya dalam pengelolaan KPD offshore/global. Kemudian, portfolio monitoring juga sangat penting di tengah kondisi pasar yg cukup dinamis,” tandasnya. 

Selanjutnya: Harga Bitcoin Menuju $100.000, Optimisme Naik Mengerek Kripto Alternatif

Menarik Dibaca: Sistem Face Recognition di Stasiun Kereta Telah Digunakan 5,85 Juta Kali Selama 2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Check Also

Adopsi Teknologi Jadi Alasan Sejumlah Bank Tutup Layanan Bank Draft

Adopsi Teknologi Jadi Alasan Sejumlah Bank Tutup Layanan Bank Draft

Adopsi teknologi menjadi alasan utama sejumlah bank untuk menutup layanan bank draft. Bank-bank tersebut mengklaim bahwa dengan adanya teknologi digital, proses transfer dan pembayaran menjadi lebih efisien dan cepat. Hal ini juga diikuti dengan meningkatnya keamanan transaksi online yang membuat pengguna lebih percaya untuk menggunakan layanan digital daripada metode konvensional seperti bank draft. Meskipun demikian, beberapa pihak masih merasa keberatan dengan penutupan layanan bank draft ini karena mereka masih membutuhkan metode tersebut dalam melakukan transaksi tertentu

%site% | NEWS