ILUSTRASI. Deretan mesin ATM Bank Mandiri di Jakarta (14/7). Saham bank masih menjadi salah satu sektor yang menarik bagi para investor. Terutama saham dengan kapitalisasi besar atau yang dijuluki sebagai “big banks”, sebut saja BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI.Transaksi saham dari emiten perbankan ini bahkan sering kali menjadi penggerak Indeks Harga Saham Gabungan. KONTAN/Cheppy A. Muchlos/14/07/2024
Beritafintech.com-JAKARTA. Menjelang pergantian tahun, saham emiten perbankan dinilai masih tetap menjadi salah satu sektor yang layak untuk koleksi untuk investasi jangka panjang di tahun 2025. Khususnya saham-saham bank besar di KBMI 4.
Para analis menilai, saham emiten bank tetap menarik di tahun depan dengan berbagai sentimen dan katalis yang akan mendorong kinerja emiten perbankan di tahun depan. Meskipun kondisi likuiditas ketat masih berlanjut.
Head of Investment Nawasena Abhipraya Investama, Kiswoyo Adi Joe menyatakan, prospek saham big bank di tahun depan akan tetap akan bagus, dan bisa cetak new high setelah beberapa bulan terakhir tren saham perbankan sedang mengalami down tren.
“Tantangan likuiditas ketat memang masih akan terjadi di perbankan, tapi tidak berlaku di big bank karena 90% simpanan dana masyarakat itu dikuasai oleh 10 bank besar. Kalau bank kecil pastinya akan berefek,” ungkap Kiswoyo kepada Kontan, Jumat (13/12).
Kiswoyo juga bilang, ada potensi Bank Indonesia akan mencurunkan kembali suku bunga acuan atau BI Rate, sehingga beban bunga atau cost of fund (CoF) di perbankan bisa melandai. Segmen kredit juga masih berpotensi bertumbuh pada tahun depan, meskipun tidak seagresif dan setinggi pertumbuhan di tahun 2024.
Baca Juga: Likuiditas Memadai, Transaksi Pasar Uang Antar Bank Masih Stabil
Meski demikian, pasar masih menunggu bagaimana arah dan realisasi kebijakan pemerintah di tahun 2025 untuk dapat mendorong pergerakan ekonomi, sehingga kredit bank juga ikut berdampak.
“Tapi untuk sahamnya saat ini memang harganya sedang murah (saham bank KBMI 4), jadi rekomendasinya untuk sisa akhir tahun ini tetap buy saham big bank. Karena mau beban bunga dan likuiditas ketat di industri, big bank tetap akan untung besar, karena NIM bank kita itu salah satu tertinggi di dunia,” ungkapnya.
Kiswoyo merekomendasikan sampai akhir tahun 2025 investor saham dapat membeli di harga wajar, dengan target harga BBRI di Rp 7.000, BBCA di harga Rp 11.500, BMRI di harga Rp 8.500 dan BBNI di harga Rp 7.000
Senior Investment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta menyatakan, emiten bank KBMI 4 memiliki segmen fokus bisnis yang berbeda-beda. BBRI misalnya yang fokus pada UMKM. Sehingga Nafan memperkirakan segmen kreditnya ke depan akan terus bertumbuh, begitu juga dengan BBCA dan BMRI yang fokus pada segmen kredit korporasi dan juga konsumsi, sedangkan BNI lebih cenderung memiliki fundamental yang solid, dengan kualitas kredit dan permodalan yang kuat.
“Secara garis besar saya rasa perbankan mampu mempertahankan peningkatan likuiditas. Yang ditunjang peningkatan kualitas aset perusahaan itu sendiri, serta kemampuan perbankan mampu menjalankan ekspansi kredit di tengah-tengah terjadinya pengetahuan likuiditas global,” ungkap Nafan kepada Kontan.
Baca Juga: IHSG Terseret Saham Bank yang Dijual Asing, Intip Posisi Terakhir Saham-Saham Big Cap
Selain penurunan BI Rate yang akan terjadi lagi di tahun depan, tingkat ekspansi kredit perbankan juga akan semakin mudah dengan diimbangi mitigasi resiko ketat untuk menjaga rasio NPL. Sehingga hal ini menurut Nafan dapat membuat industri perbankan tetap mencatatkan pertumbuhan kredit di angka dua digit pada tahun 2025.
“Kalau misalnya jika seluruh stakeholders menghadapi atau mengalami efek daripada the reduction of borrowing cost, tentunya ini akan membuat kinerja perbankan bisa mengalami pertumbuhan net margin, maupun juga net interest margin (NIM),” ungkap Nafan.
Junior Equity Analyst Pilarmas Investindo, Arinda Izzaty Hafiya, menyatakan beberapa sentimen dan katalis yang akan menopang Kinerja Emiten Perbankan di 2025 di antaranya Digitalisasi dan Inovasi Produk, dimana bank-bank yang berinvestasi dalam teknologi digital dan menawarkan produk inovatif dapat terus menarik nasabah, terutama di segmen ritel dan UMKM.
Permintaan kredit yang stabil juga jadi salah satu katalis yang akan menopang kinerja bank di 2025, dimana terlihat pernyaluran kredit yang terus bertumbuh pada pertengahan Kuartal IV-2024, yang dibantu adanya insentif Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM) Bank Indonesia.
Baca Juga: Berikut Sektor dan Saham Pilihan dari Sekuritas Asing untuk Tahun 2025
Arinda juga menyebut tahun depan, ada kemungkinan pemangkasan suku bunga The Fed hingga 100 bps yang memungkinkan BI untuk mengambil langkah untuk menurunkan suku bunga guna merangsang pertumbuhan ekonomi, margin bunga bersih (NIM) dapat terdongkrak.
Diversifikasi Pendapatan juga jadi salah satu cara emiten perbankan mendorong kinerja laba, yang berasal dari kontribusi layanan fee-based, yang juga dapat lebih resilien terhadap tekanan likuiditas.
“Kebijakan pemerintah, seperti stimulus ekonomi atau insentif bagi sektor tertentu, dapat meningkatkan permintaan pembiayaan,” ungkap Arinda.
Arinda merekomendasikan buy pada tiga saham emiten bank pelat merah, dengan rincian BBRI buy dengan target Rp 5.625, BBCA buy dengan target Rp 12.025, dan BBNI buy dengan target Rp 6.350.
Selanjutnya: PosIND Bantu Salurkan 1.695 Bansos ATENSI YAPI untuk Anak Yatim Piatu di Banyuwangi
Menarik Dibaca: Hujan Turun Merata di Siang Hari, Ini Prediksi Cuaca Besok (14/12) di Jawa Timur
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News