Mengenal 4 Jenis Fintech di Indonesia

Mengenal 4 Jenis Fintech di Indonesia

Bandung: Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan financial technology (fintech) atau teknologi keuangan adalah inovasi teknologi bidang finansial sehingga transaksi keuangan bisa dilakukan dengan praktis, mudah, dan efektif. Dalam praktiknya, terdapat empat jenis fintech di Indonesia.
 
Kepala Bagian Edukasi dan Perlindungan Konsumen Kantor Regional 2 Jawa Barat OJK Teguh Dinurahayu menjelaskan keempat jenis itu mulai dari securities crowdfunding (scf), investasi dan manajemen risiko, e-wallet (dompet elektronik), dan fintech p2p lending (termasuk paylater).
 
Securities crowdfunding adalah pengumpulan dana dengan skema patungan (urun dana) untuk memulai atau mengembangkan usaha. Sedangkan investasi dan manajemen risiko adalah platform online yang dapat digunakan transaksi dan investasi, serta pemantauan keuangan dengan lebih mudah dan praktis,” kata Teguh, di Bandung, Jawa Barat, Selasa, 27 Juni 2023.

Kemudian untuk dompet elektronik, lanjutnya, adalah aplikasi atau fitur guna memudahkan pengguna dalam menyimpan dana untuk melakukan pembayaran. Sementara itu, masih lanjut Teguh, fintech p2p lending ialah penyelenggara layanan jasa keuangan yang mempertemukan lender dengan borrower.

Di sisi lain, masih kata Teguh, terdapat karakteristik tersendiri antara perbankan dan fintech. Untuk bank yakni pertama, masih memerlukan kantor fisik di beberapa kota untuk melayani nasabah sehingga membutuhkan biaya operasional cukup besar. Kedua, syarat pengajuan pinjaman ketat melalui kelengkapan dokumen dan survei panjang, termasuk memerlukan agunan.
 
Ketiga, nasabah yang membutuhkan pinjaman harus datang ke kantor bank, termasuk apabila di daerah terpencil yang jauh dari kantor. Keempat, limit pinjaman lebih besar karena menggunakan agunan. Bank konvensional juga memiliki sistem keamanan yang lebih baik. Kelima, bunga yang ditawarkan cukup rendah dan transparan.
 
Sedangkan untuk fintech yakni pertama, tidak memerlukan kantor cabang di beberapa kota untuk melayani borrower sehingga biaya operasional dapat ditekan. Kedua, syarat cukup mudah karena tidak memerlukan agunan. Biasanya proses hanya memakan waktu singkat yakni beberapa menit atau jam saja.
 
Ketiga, nasabah tidak perlu datang ke kantor fintech. Selama smartphone terhubung internet maka dapat mengajukan pinjaman dari mana saja. Keempat, limit pinjaman terbatas. Selain itu, fintech rawan kejahatan siber apabila tidak memiliki sistem keamanan yang baik. Kelima, bunga pinjaman fintech relatif cukup tinggi serta biaya layanan yang cukup besar.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Beritafintech.com

TRENDING  Rencana OJK Batasi Lender Individu Non Profesional di Fintech Tuai Pro dan Kontra

(ABD)

Check Also

Bank Masih Memacu Penyaluran Kredit Channeling Lewat Fintech Lending

Bank masih memacu penyaluran kredit channeling lewat fintech lending dengan harapan dapat meningkatkan akses pembiayaan bagi para pelaku usaha kecil dan menengah. Dengan adanya kerjasama antara bank dan platform fintech, diharapkan proses pengajuan kredit menjadi lebih mudah dan cepat. Hal ini tentu saja menjadi kabar baik bagi para pengusaha yang membutuhkan modal untuk mengembangkan usahanya. Selain itu, bank juga berharap dapat meningkatkan portofolio kreditnya melalui channeling lewat fintech lending ini. Dengan demikian, kolaborasi antara bank dan fintech lending diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia

%site% | NEWS