Dorong Literasi Keuangan, Mastercard Gandeng Fintech

Dorong Literasi Keuangan, Mastercard Gandeng Fintech

Jakarta: Jumlah pengguna internet di Indonesia yang mencapai 202 juta orang atau 73 persen dari total penduduk pada 2020 menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah pengguna internet terbesar keempat di dunia.
 
Di sisi lain, Survei We Are Social di April 2021 juga menyampaikan bahwa 88,1 persen pengguna internet di Indonesia memakai layanan e-commerce untuk membeli produk tertentu dalam beberapa bulan terakhir, persentase ini merupakan yang tertinggi di dunia.
 
Sayangnya, jumlah tersebut tidak sebanding dengan jumlah transaksi digital yang dilakukan masyarakat. Hal ini diakibatkan oleh rendahnya literasi finansial, tingkat penghasilan, dan modal bagi UMKM terutama di area non-urban.

Kondisi ini mencerminkan kebutuhan khusus terhadap solusi yang dapat meningkatkan inklusi keuangan untuk memperluas akses masyarakat ke beragam layanan finansial, mulai dari pembayaran hingga simpanan, pembayaran, dan investasi.
 
Untuk meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia, Mastercard, perusahaan teknologi di bidang industri pembayaran berskala global, jalin kerja sama dengan Ayoconnect, platform Open Finance terbesar di Asia tenggara dengan menjalankan program berbasis teknologi open banking. Melalui jaringan embedded finance Ayoconnect, Mastercard menghadirkan insentif bagi masyarakat Indonesia untuk melakukan pembayaran tagihan di platform online.
 
Kategori transaksi ini dipilih sebagai sasaran program karena dinilai dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Pasalnya, Survei Nasional BPS di tahun 2021 menyatakan pengeluaran untuk tagihan rutin berkontribusi terhadap 24 persen pengeluaran rata-rata per kapita sebulan masyarakat Indonesia.
 
Insentif disalurkan melalui diskon senilai hingga Rp50.000 untuk pembayaran 10 kategori produk digital dan produk tagihan di lima platform e-commerce dan dompet digital di Indonesia.
 
Sepuluh kategori produk digital dan produk tagihan tersebut meliputi pulsa, paket data, listrik, air, internet, tv kabel, telepon, voucher game, BPJS Kesehatan, dan voucher digital. Platform yang sudah berpartisipasi pada program ini adalah JD.ID dan DANA. E-commerce lain juga direncanakan untuk bergabung hingga akhir periode diskon pada Juni 2022..
 
CEO & Founder Ayoconnect Jakob Rost menyampaikan kolaborasi yang terjalin antara Mastercard, e-commerce, dan dompet digital merupakan suatu sinergi yang dibutuhkan untuk menghadirkan pengalaman bertransaksi yang aman dan memudahkan pelanggan.
 
“Ayoconnect bangga dapat berperan menjembatani kerja sama antara Mastercard dengan lima platform e-commerce dan dompet digital melalui jaringan open banking kami. Ke depannya, kami akan terus menghadirkan inovasi untuk membangun infrastruktur teknologi finansial sebagai salah satu pilar pendukung pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia.” jelas dia dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 24 Mei 2022.
 
Country Manager Mastercard Indonesia Navin Jain mengatakan Mastercard senang berkolaborasi dengan Ayoconnect untuk menyediakan akses ke layanan perbankan digital yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen di era digital.
 
“Melalui kolaborasi ini, konsumen akan dapat melakukan pembayaran tagihan mereka dengan aman dan nyaman melalui platform daring. Mastercard percaya bahwa digitalisasi sistem pembayaran akan dapat meningkatkan kecepatan dan efisiensi dari transaksi, sehingga mempercepat pertumbuhan ekonomi dan inklusi keuangan di Indonesia.”  jelas dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Beritafintech.com

TRENDING  Prioritas Kurikulum Merdeka, Pemerintah Terbitkan Panduan Pendidikan Literasi Finansial

(SAW)

Check Also

Ini daftar lengkap 158 fintech yang mengantongi izin dari OJK

Ini alasan fintech lending syariah jauh tertinggal dibanding pemain konvensional

Fintech lending syariah masih jauh tertinggal dibandingkan dengan pemain konvensional karena beberapa alasan utama. Pertama, masih minimnya pemahaman masyarakat tentang produk dan layanan keuangan syariah. Kebanyakan orang lebih familiar dengan sistem konvensional sehingga sulit untuk beralih ke fintech lending syariah. Kedua, regulasi yang belum mendukung perkembangan fintech lending syariah juga menjadi hambatan utama. Beberapa aturan yang ada cenderung lebih menguntungkan pemain konvensional daripada syariah, sehingga membuat para pelaku usaha enggan untuk berinvestasi di sektor ini. Selain itu, kurangnya kerjasama antara lembaga keuangan syariah dan fintech lending juga turut memperlambat pertumbuhan industri ini. Dibutuhkan sinergi yang kuat antara kedua pihak agar dapat memberikan layanan finansial yang komprehensif dan berkualitas bagi masyarakat. Meskipun demikian, potensi pasar untuk fintech lending syariah tetap besar dan masih perlu terus dikembangkan agar dapat bersaing secara sehat dengan pemain konvensional. Diperlukan upaya bersama dari semua pihak terkait untuk meningkatkan literasi keuangan syariah serta menciptakan regulasi yang mendukung pertumbuhan industri ini di masa depan

%site% | NEWS