Jakarta: Semakin banyaknya pelaku industri financial technology (fintech) yang mengalami masalah pendanaan karena pengelolaan pinjaman bermasalah tidak membuat[pelakubisnis[pelakubisnisPeer to Peer Lending (P2P) menjadi takut untuk berinovasi.
PT Modal Rakyat Indonesia (Perseroan) melalui konsep embedded finance terus merangkul ekosistem industri dan menjalin kemitraan dengan perusahaan-perusahaan ternama seperti Meratus dan Sari Kreasi Boga serta dengan sejumlah institusi keuangan terkemuka.
Direktur Utama Modal Rakyat Indonesia Christian Hanggra mengatakan perusahaan berkomitmen untuk bekerja sama dengan setiap pelaku usaha di Indonesia. Hal ini sekaligus menegaskan perusahaan berkomitmen untuk terus merancang masa depan yang berkelanjutan dengan strategi inovatif.
“Modal Rakyat akan terus berpegang pada prinsip kepatuhan hukum dan prinsip transparansi sesuai dengan penerapan good corporate governance, serta menyediakan komunikasi yang terbuka dan hubungan yang baik dengan semua pihak yang terlibat pada kegiatan operasionalnya menjadi prioritas Modal Rakyat,” tegas dia dalam keterangan tertulis, Senin, 1 April 2024.
Dengan semangat inovasi dan komitmen terhadap inklusi keuangan, Modal Rakyat Indonesia terus mendukung pertumbuhan bisnis di Indonesia. Melalui strategi inovatif, hubungan yang bersinergi dengan regulator dan lembaga keuangan, serta komitmen terhadap kepatuhan hukum, perusahaan terus memperkuat visi untuk membawa dampak positif yang berkelanjutan bagi perekonomian Indonesia.
Komisaris Modal Rakyat Indonesia Wafa Taftazani menuturkan hubungan yang bersinergi dengan regulator dan berbagai lembaga keuangan menjadi pondasi utama dalam keberlangsungan perekonomian di Indonesia
“Sebagai Komisaris Modal Rakyat Indonesia, saya yakin hubungan yang bersinergi dengan regulator dan berbagai lembaga keuangan memperkokoh komitmen kami terhadap kepatuhan hukum dan merupakan pondasi utama dalam membentuk masa depan yang inklusif dan berkelanjutan bagi perekonomian Indonesia,” tegas dia.
Dia menuturkan Modal Rakyat berkomitmen untuk terus memberikan layanan berkualitas tinggi kepada masyarakat dengan menjaga standar etika yang tinggi. Dengan keyakinan ini, Modal Rakyat Indonesia ikut menopang pinjaman secara inklusif dan berkelanjutan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Sampai saat ini, perusahaan sudah menyalurkan pinjaman lebih dari Rp11,9 triliun dan lebih dari 500 ribu pinjaman.
Risiko kredit macet P2P lending
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya di Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Agusman mengatakan ada beberapa fintech P2P lending yang mempunyai TWP90 di atas lima persen hingga masih perlu diawasi. Ia mengimbau kepada para pelaku usaha tersebut agar segera melakukan pembenahan pada sistem administrasi keuangannya dan menyampaikan rencana aksi (action plan).
“Untuk yang melebihi lima persen, agar segera menyampaikan action plan langkah-langkah perbaikan,” ujar dia, dilansir Antara, Senin, 1 April 2024.
Lebih lanjut, ada beberapa fintech P2P lending yang mempunyai TWP90 di atas lima persen seperti TaniFund yang mencapai 63,93 persen dan Investree yang sebesar 12,58 persen. Dari data OJK terakhir, jumlah fintech P2P lending yang terdaftar saat ini berjumlah 101 perusahaan.
Direktur Institute For Demographic and Poverty Studies (IDEAS) Yusuf Wibisono melihat fenomena meningkatnya kredit macet di fintech baik kredit konsumtif maupun kredit produktif, harus diwaspadai. Hal ini dapat dilihat sebagai sinyal melemahnya usaha mikro dan ekonomi rakyat. Sebagian besar nasabah fintech atau pinjaman online (pinjol) adalah masyarakat kelas bawah, termasuk usaha mikro.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAW)
Fintech terus berinovasi dalam menghadapi kenaikan risiko pinjaman kredit P2P. Hal ini disebabkan oleh perkembangan teknologi dan sikap konsumen yang semakin canggih dan demanding. Fintech berusaha untuk meningkatkan sistem keamanan dan pengawasan dalam memberikan layanan pinjaman online agar dapat mengurangi risiko default bagi peminjam maupun pemberi pinjaman. Meskipun demikian, masih terdapat risiko yang perlu diwaspadai seperti penipuan, kebobolan data, dan ketidakmampuan peminjam untuk membayar pinjaman. Oleh karena itu, para pelaku industri fintech perlu terus melakukan inovasi dan pemantauan terhadap risiko yang muncul agar dapat memberikan pelayanan yang aman dan berkualitas.