Nadia Halim

Kredit Macet Fintech Lending Dominasi Anak Muda, Begini Penjelasan Beberapa Pemain

Kredit Macet Fintech Lending Dominasi Anak Muda, Begini Penjelasan Beberapa Pemain

Kredit macet menjadi masalah yang semakin meresahkan di dunia fintech lending, terutama di kalangan anak muda. Hal ini disebabkan oleh tingginya minat anak muda dalam menggunakan layanan pinjaman online tanpa memperhitungkan risiko yang ada. Beberapa pemain utama dalam industri ini memberikan penjelasan mengenai fenomena kredit macet ini. Menurut CEO salah satu perusahaan fintech lending terkemuka, kredit macet seringkali disebabkan oleh kurangnya pemahaman konsumen akan tanggung jawab mereka dalam mengelola pinjaman. Selain itu, faktor ekonomi dan kebiasaan konsumsi juga turut berperan dalam meningkatkan angka kredit macet di Indonesia. Sementara itu, perwakilan dari Asosiasi Fintech Indonesia menegaskan pentingnya edukasi finansial bagi para pengguna layanan fintech lending. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang manajemen keuangan, diharapkan dapat mengurangi risiko kredit macet dan meningkatkan kesadaran akan tanggung jawab finansial. Meskipun demikian, masih banyak tantangan yang harus dihadapi oleh industri fintech lending dalam menekan angka kredit macet. Diperlukan kerjasama antara pemerintah, lembaga keuangan, dan konsumen untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan bertanggung jawab dalam pengelolaan pinjaman online

Baca Selanjutnya »

Fintech semakin gencar lakukan kolaborasi dengan perbankan

Fintech semakin gencar lakukan kolaborasi dengan perbankan

Fintech semakin gencar melakukan kolaborasi dengan perbankan guna meningkatkan layanan keuangan yang lebih inovatif dan efisien. Kedua industri ini saling mendukung dalam menghadapi tantangan di era digital, sehingga memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Dengan adanya kerjasama ini, diharapkan dapat menciptakan solusi finansial yang lebih baik dan memperluas akses keuangan bagi semua kalangan

Baca Selanjutnya »

AFPI Optimistis Porsi Pembiayaan Produktif Fintech Lending Capai 40%-50% di 2025-2026

AFPI Optimistis Porsi Pembiayaan Produktif Fintech Lending Capai 40%-50% di 2025-2026

Menurut Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), optimisme terhadap porsi pembiayaan produktif yang disalurkan melalui layanan fintech lending terus meningkat. Diperkirakan bahwa pada tahun 2025-2026, porsi pembiayaan produktif yang disalurkan melalui fintech lending dapat mencapai 40%-50%. Hal ini menunjukkan perkembangan positif dalam industri fintech di Indonesia dan memberikan harapan bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan

Baca Selanjutnya »

OJK Terbitkan Beleid Baru Untuk Perbolehkan Bank Lakukan Pengalihan Piutang

OJK Terbitkan Beleid Baru Untuk Perbolehkan Bank Lakukan Pengalihan Piutang

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru-baru ini menerbitkan beleid baru yang memungkinkan bank untuk melakukan pengalihan piutang. Keputusan ini disambut dengan antusias oleh para pelaku industri keuangan, karena diharapkan dapat meningkatkan likuiditas dan mengurangi risiko kredit bagi bank-bank di Indonesia. Dengan adanya regulasi baru ini, diharapkan akan terjadi peningkatan dalam efisiensi pengelolaan piutang serta memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional

Baca Selanjutnya »

Begini Strategi Bank Digital Genjot Dana Pihak Ketiga

Begini Strategi Bank Digital Genjot Dana Pihak Ketiga

Bank digital semakin gencar dalam menggenjot dana pihak ketiga guna meningkatkan likuiditas. Strategi yang digunakan antara lain adalah dengan menawarkan produk tabungan dan investasi yang menarik serta memberikan layanan perbankan yang mudah dan cepat melalui platform digital. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan nasabah dan memperluas jangkauan pasar bagi bank digital tersebut. Dengan adanya inovasi-inovasi baru, bank digital semakin menjadi pilihan utama masyarakat dalam menyimpan dan mengelola dana mereka secara efisien dan aman

Baca Selanjutnya »

Sejumlah Fintech P2P Lending Beberkan Berbagai Penyebab Peningkatan TWP90

Sejumlah Fintech P2P Lending Beberkan Berbagai Penyebab Peningkatan TWP90

Sejumlah Fintech P2P Lending mengungkapkan bahwa peningkatan Tingkat Keterlambatan Pembayaran (TWP90) disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kondisi ekonomi yang tidak stabil, tingginya tingkat pengangguran, serta kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan keuangan. Selain itu, adanya persaingan yang ketat di pasar juga turut mempengaruhi peningkatan TWP90 ini. Hal ini menunjukkan perlunya edukasi dan pemahaman yang lebih baik dalam mengelola keuangan agar dapat mengurangi risiko keterlambatan pembayaran di masa depan

Baca Selanjutnya »

Porsi Pembiayaan Produktif Fintech Lending Harus 40%-50%, Ini Kata Pengamat

Porsi Pembiayaan Produktif Fintech Lending Harus 40%-50%, Ini Kata Pengamat

Menurut pengamat industri fintech lending, Porsi pembiayaan produktif yang diberikan oleh perusahaan harus mencapai 40%-50% dari total pinjaman yang disalurkan. Hal ini penting untuk memastikan bahwa dana yang diberikan benar-benar digunakan untuk kegiatan produktif dan dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian. Dengan mengatur porsi pembiayaan seperti ini, diharapkan dapat meningkatkan kualitas pinjaman serta meminimalisir risiko default

Baca Selanjutnya »

Berkat Finansial Model, Perusahaan Bisa Berkembang Lebih Cepat!

Berkat Finansial Model, Perusahaan Bisa Berkembang Lebih Cepat!

Dengan menerapkan Berkat Finansial Model, perusahaan dapat mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dan berkelanjutan. Model ini membantu perusahaan untuk mengelola keuangan dengan lebih efisien dan efektif, sehingga memungkinkan mereka untuk fokus pada pengembangan bisnis dan inovasi. Dengan adanya Berkat Finansial Model, perusahaan dapat merencanakan langkah-langkah strategis yang tepat untuk mencapai tujuan keuangan mereka dengan lebih mudah. Selain itu, model ini juga membantu perusahaan dalam mengidentifikasi potensi risiko dan peluang baru yang dapat mempercepat pertumbuhan bisnis mereka. Dengan demikian, Berkat Finansial Model menjadi kunci utama bagi kesuksesan dan kemajuan perusahaan di era digital ini

Baca Selanjutnya »

Bahana TCW Investment Catatkan AUM Rp 73,2 Triliun pada Akhir 2024

Bahana TCW Investment Catatkan AUM Rp 73,2 Triliun pada Akhir 2024

Bahana TCW Investment berhasil mencatatkan aset di bawah manajemennya sebesar Rp 73,2 triliun pada akhir tahun 2024. Capaian ini menunjukkan kinerja yang sangat baik dari perusahaan investasi tersebut, serta kepercayaan yang tinggi dari para investor terhadap kemampuan Bahana TCW Investment dalam mengelola dana mereka. Dengan pencapaian ini, Bahana TCW Investment semakin kokoh sebagai salah satu pemain utama di pasar modal Indonesia

Baca Selanjutnya »

Menteri BUMN Dorong BTN Jadi Bank Raksasa

Menteri BUMN Dorong BTN Jadi Bank Raksasa

Menteri BUMN mendorong Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mengembangkan Bank Tabungan Negara (BTN) menjadi bank raksasa di Indonesia. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk memperkuat sektor perbankan dalam negeri dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan potensi yang dimiliki BTN, diharapkan bank ini dapat memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian Tanah Air. Selain itu, langkah ini juga sejalan dengan visi pemerintah untuk meningkatkan inklusi keuangan dan memperluas akses layanan perbankan kepada masyarakat luas

Baca Selanjutnya »
%site% | NEWS