ILUSTRASI. Mayoritas penjualan reksadana dilakukan fintech
Beritafintech.com – JAKARTA. Total dana kelolaan atawa assets under management (AUM) reksadana turun tipis per 20 Desember 2023. Namun, penjualan reksadana melalui platform financial technology (fintech) ternyata mendominasi.
PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat, dari 12.126.176 investor pasar modal, 77,49% investor memiliki rekening di agen penjual reksadana fintech yang jumlahnya mencapai 9.396.995 hingga 20 Desember 2023.
Di mana, jumlah investor yang membeli reksadana lewat fintech tersebut naik 17% secara year to date (YtD). Di mana, pada akhir tahun 2022, penjualan reksadana fintech capai 8.060.808 investor.
Direktur Pengembangan Infrastruktur dan Manajemen Informasi KSEI Dharma Setyadi mengatakan, anak muda mendominasi demografi investor dengan tingginya jumlah kepemilikan reksadana melalui agen penjual fintech.
“77,49% investor memiliki rekening di agen penjual fintech. Ini cukup banyak kontribusi dari perusahaan agen penjual fintech khususnya reksadana untuk memberikan atau menyumbang nasabah investor pasar modal Indonesia,” ujarnya pekan lalu.
Baca Juga: KSEI Siapkan Strategi untuk Kerek Likuiditas Pasar Modal di Tahun 2024
Dharma menjelaskan bahwa saat ini banyak nasabah ritel yang menggunakan agen penjual fintech dalam pembelian reksadana. Ia bilang, saat ini terdapat 19 member fintech yang menggunakan sistem KSEI.
“Ini membuktikan bahwa platform digital menjadi sarana yang paling banyak dimanfaatkan oleh investor untuk berinvestasi di pasar modal,” jelasnya
Untuk diketahui, berdasarkan data KSEI total dana kelolaan reksadana turun 3,76% YtD menjadi Rp 767,32 triliun hingga 20 Desember 2023.
Salah satu platform fintech investasi Bibit.id menyebut total dana kelolaan reksadana mengalami lonjakan yang signifikan sepanjang akhir tahun 2023. Sayangnya tak disebutkan berapa besaran AUM reksadana tersebut.
PR and Corporate Secretary Lead Bibit.id, William menyampaikan dari banyak jumlah investor reksadana di Indonesia lebih dari 50% transaksi terjadi lewat platfom Bibit. Bahkan, kata dia, angkanya naik 9,6 juta dari akhir tahun 2022.
“Meskipun angkanya terus meningkat, namun apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia berusia produktif yang angkanya berada di sekitar 190 juta jiwa, jumlah investor pasar modal masih menyimpan potensi besar untuk ditingkatkan,” terangnya kepada KONTAN.
Baca Juga: Dana Kelolaan (AUM) Reksadana Jeblok Sepanjang 2023, Begini Penjelasan OJK
Berdasarkan catatan Bibit, sepanjang tahun 2023 terdapat lebih dari 5 juta investor menggunakan Bibit, di mana 7 dari 10 investor Bibit adalah generasi muda, lebih dari 22.000 investor ibu rumah tangga,
William mengungkapkan, pihaknya terus melakukan berbagai inovasi dalam meningkatkan minat investor, salah satunya dengan fitur Bibit Bisnis yang diperkenalkan pada awal tahun 2023.
“Bibit bisnis ditujukan untuk perusahaan dan pemilik bisnis, termasuk para founder startup. Ini untuk membantu perusahaan mengoptimalkan dana lebih mereka ke produk reksadana yang berkualitas dari berbagai pilihan Manajer Investasi terbaik di Indonesia,” ungkapnya.
Platform fintech investasi lainnya, Bareksa menyatakan di tengah tren penurunan dana kelolaan secara industri Bareksa masih mampu tumbuh.
Chief Operating Officer Bareksa, Ni Putu Kurniasari mengatakan dana kelolaan Bareksa berhasil tumbuh di atas 20% year on year (YoY) selain itu jumlah investor juga mengalami pertumbuhan. Namun, dia tak menyebutkan berapa besaran nilai dan investor tersebut.
“Strategi untuk tahun 2024, mengintegrasikan seluruh aset di Bareksa sebagai superapp, karena saat ini Bareksa masih jadi satu aplikasi yang paling lengkap produk investasinya,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Fintech semakin dominan dalam penjualan reksadana di Indonesia. Menurut data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penjualan reksadana melalui platform fintech mencapai angka yang signifikan dibandingkan dengan penjualan melalui agen penjual reksadana konvensional. Fenomena ini dapat disebabkan oleh kemudahan akses, transparansi, dan efisiensi yang ditawarkan oleh platform fintech kepada para investor. Selain itu, adanya teknologi yang canggih juga membuat proses investasi semakin mudah dan cepat. Hal ini menunjukkan bahwa industri fintech memiliki potensi besar dalam mengubah pola penjualan reksadana di Indonesia.